RSS

ANATOMI SISTEM GASTROINSTETINAL

ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL

ARTIKEL

Tugas pada Mata Kuliah Pendidikan dalam Keperawatan

Program Studi Ilmu Keperawatan Semester 3 kelas A-6



Oleh :
CINDY KRYSTALIA
12142013544






SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
TAHUN 2013




ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL


Sistem pencernaan (bahasa Inggrisdigestive system) adalah sistem organ dalam hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur. Sistem pencernaan antara satu hewan dengan yang lainnya bisa sangat jauh berbeda.
Secara spesifik, sistem pencernaan berfungsi untuk mengambil makanan, memecah nya menjadi molekul nutrisi yang lebih kecil, menyerap molekul tersebut ke dalam alirah darah, kemudian membersihkan tubuh dari sisa pencernaan.
organ yang termasuk dalam sistem pencernaan terbagi menjadi dua kelompok:
·         Saluran pencernaan
Saluran pencernaan merupakan saluran yang kontinyu berupa tabung yang dikelilingi otot. Saluran pencernaan mencerna makanan, memecah nya menjadi bagian yang lebih kecil dan menyerap bagian tersebut menuju pembuluh darah. Organ-organ yang termasuk di dalam nya adalah : mulut,faringesofaguslambung, usus halus serta usus besar. Dari usus besar makanan akan dibuang keluar tubuh melalui anus.
·         Organ pencernaan tambahan (aksesoris)
Organ pencernaan tambahan ini berfungsi untuk membantu saluran pencernaan dalam melakukan kerjanya. Gigi dan lidah terdapat dalam rongga mulut, kantung empedu serta kelenjar pencernaan akan dihubungkan kepada saluran pencernaan melalui sebuah saluran. Kelenjar pencernaan tambahan akan memproduksi sekret yang berkontribusi dalam pemecahan bahan makanan. Gigi, lidah, kantung empedu, beberapa kelenjar pencernaan seperti kelenjar ludahhati dan pankreas.




Rongga Mulut & Faring

Fungsi dari mulut dan struktur yang berasosiasi dengan mulut adalah sebagai penerima pertama makanan, yang memulai pencernaan melalui proses mastikasi, kemudian menelan. Mulut, yang disebut juga oral cavity/rongga mulut dibentuk oleh pipi, bibir, palatum durum, dan palatum molle. Bagian vestibula dari rongga mulut merupakan struktur cekungan diantara pipi dan bibir dengan gigi dan gusi. Bukaan dari rongga mulut disebut juga orifisia oris (oral orifice), dan bukaan antara rongga mulut dengan faring disebut fauces.

Lidah
Lidah berfungsi untuk menggerakkan makanan saat mastikasi dan membantu dalam proses menelan. Lidah berupa otot rangka yang diselubungi oleh membran mukosa. Otot ekstrinsik lidah menggerakkan lidah dari sisi-ke-sisi dan keluar-masuk. Dua per tiga bagian lidah berada di rongga mulut, sementara sepertiganya berada di faring, melekat dengan tulang hioid. Tonsila lingualis berada pada permukaan superior dari pangkal lidah, dan bagian inferior lidah berhubungan dengan garis tengah dari dasar mulut dengan frenulum lingualis. Pada permukaan lidah terdapat papilla yang memberikan permukaan kasar pada lidah yang membantu pergerakan makanan dan sebagian memiliki kuncup pengecap.

Gigi
Terdapat 4 jenis gigi, yaitu gigi seri/incisors, gigi taring/canines, dan gigi geraham premolar dan molar. Gigi geraham memiliki permukaan buccal yang bersinggungan dengan pipi, sementara gigi seri dan gigi taring memiliki permukaan labial yang bersinggungan dengan bibir. Semua gigi memiliki permukaan lingual yang bersinggungan dengan lidah.

Kelenjar Saliva
Kelanjar saliva merupakan kelenjar pencernaan aksesoris yang menghasilkan saliva. Banyak kelenjar-kelenjar saliva minor yang berlokasi di membran mukosa daerah palatum di dalam rongga mulut, akan tetapi terdapat 3 pasang kelenjar saliva di luar rongga mulut yang memproduksi sebagian besar dari saliva yang dialirkan ke rongga mulut melalui saluran tertentu. Kelenjar parotid merupakan kelenjar saliva terbesar, yang berada di bagian depan-bawah dari daun telinga, di antara kulit dan otot masseter. Saliva yang diproduksi kelenjar ini dialirkan melalui duktus parotid(Stensen’s) yang keluar di rongga mulut berhadapan dengan gigi molar atas kedua. Kelenjar submandibular berada di bawah mandibula, di sisi dalam dari rahang, ditutupi otot mylohioid. Saliva dari kelenjar ini dialirkan melalui duktus submandibularis (Wharton’s), yang keluar di dasar mulut di bagian lateral dari frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis berada di bawah membran mukosa dari bagian dasar mulut, dangan saliva yang dikeluarkan melalui duktus sublingual (Rivinus’ duct) yang keluar di dasar mulut pada area posterior dari papilla ductus submandibularis.

Faring


Faring merupakan penghubung rongga mulut dengan esofagus, aksi penelanan meliputi tiga fase (volunter, faring, esofagus) (Sloane, 2004 : 2850.

Esofagus

Esofagus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan faring dengan lambung. Esofagus merupakan organ berbentuk tabung yang memiliki panjang kurang lebih 25 cm, berawal dari laring di vertebra servikal VI dan berada posterior dari trakea. Esofagus berada di dalam mediastinum dari toraks dan melewati diafragma melalui suatu lubang, yaitu esophageal hiatus menuju lambung. Esofagus dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis tanpa lapisan tanduk. Sepertiga bagian superiornya terdiri dari otot rangka, sepertiga tengah merupakan kombinasi otot rangka dan otot polos, dan sepertiga bawahn ya hanya dibentuk oleh otot polos. Pada persambungan antara lambung dan esofagus terdapat gastroesophageal sphincter, yang merupakan penebalan dari serat otot sirkular. Setelah makanan atau cairan masuk ke lambung, sphincter tersebut menyempit untuk mencegah isi perut mengalami regurgitasi kembali ke dalam esofagus akibat tekanan pada daerah toraks lebih rendah dibanding tekanan pada abdomen sebagai hasil dari paru-paru yang terisi udara. Berdasarkan posisinya, esofagus terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pars servikalis, pars torakalis, dan pars abdominalis. Esofagus mengalami empat penyempitan: (1) pada trakea dan saraf laring, 15 cm dari gigi seri, (2) lengkung Aorta, 22 cm dari gigi seri, (3) Bronkus kiri, 27 cm dari gigi seri, (4) pada diafrgama, pada hiatus esofagus, 37 cm dari gigi seri.

Lambung

Lambung merupakan organ pada sistem GI yang memiliki kemampuan meregang paling tinggi, yang berada di regio hipokondria sinistra, epigastrikum, dan umbilikalis, tepat di bawah diafragma. Berbentuk seperti huruf J saat kosong, lambung berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan yang akan dicerna sementara makanan tersebut dicampur dengan sekret dari lambung untuk menjadi chyme, yang akan bergerak menuju usus halus. Lambung dibagi menjadi empat bagian, yaitu cardia, fundus, corpus, dan pylorus. Cardia merupakan bagian atas yang langsung berhubungan dengan esofagus, tepat di bawah sphincter esofagus. Fundus merupakan bagian kubah di daerah sinistra yang langsung bersentuhan dengan diafragma. Corpus merupakan bagian tengah dari lambung yang berukuran paling besar, sementara pylorus merupakan bagian berbentuk saluran/cerobong pada bagian ujung dari lambung. Sphincter pylorus merupakan otot sirkular yang termodifikasi pada ujung pylorus yang bersambungan dengan usus halus. Persambungan ini mengatur pergerakan chyme menuju usus halus dan menghambat aliran balik ke arah lambung. Pylorus terbagi menjadi bagian antrum, canal, dan sphincter.

Lambung memiliki dua permukaan dan dua batas. Bagian permukaan terbagi menjadi permukaan anterior dan posterior. Batas medial yang berbentuk konkaf merupakan kurvatura minor, yan di bagian tersebut juga terdapat magenstrasse waldeyer, yang merupakan jalur khusus untuk air, sementara batas lateral yang berbentuk konveks disebut kurvatura mayor. Omentum minor membentang di antara kurvatura minor dengan hati, sementara omentum mayor melekat pada kurvatura mayor.

Usus Halus/ Intestinum Tenue

Usus halus merupakan bagian dari saluran GI di antara sphincter pylorus lambung dan katup ileocecal yang membuka ke usus besar. Usus halus berada di bagian tengah dan bawah dari rongga abdominal dan disokong oleh mesenterium, kecuali bagian awalnya. Mesenterium tersebut berfungsi untuk memberikan kemampuan bagi usus untuk bergerak namun mencegah usus menjadi terpilin atau bengkok. Di dalam mesenterium terdapat pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfa. Usus halus pada manusia hidup memiliki panjang kurang lebih 3m dengan diameter 2,4 cm, akan tetapi panjangnya akan menjadi dua kali lipat pada kadaver, dimana muskularis externanya mengalami relaksasi. Usus halus merupakan organ pencernaan utama dan daerah utama penyerapan nutrisi. Usus halus dipersarafi oleh pleksus mesenteria superior, diperdarahi oleh arteri mesenteria superior dan cabang-cabang dari arteri celiaca dan arteri mesenteria inferior, dan memiliki sistem drainase melalui vena mesenterika superior. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian:

Duodenum
Berbentuk C, dengan ukuran 25 cm, dari sphincter pylorus sampai fleksura duodenojejunum. Terkecuali sebagian kecil yang menempel dengan lambung, duodenum merupakan organ retroperitoneal. Bagian konkafnya yang menghadap sinistra menerima sekresi empedu dari hati dan kandung empedu melalui duktus koledokus dan sekresi pankreas melalui duktus pankreatikus major. Dua saluran ini menyatu membentuk jalan masuk ke duodenum yang disebut hepatopancreatic ampulla (ampulla Vater), yang menembus dinding duodenum, yang keluar di duodenum pada duodenal papilla. Di sanalah empedu dan enzim pankreas masuk ke dalam usus halus. Papilla duodenal dapat dibuka-tutup oleh sphincter ampulla (Oddi).
Jejunum
Merupakan terusan duodenum ke ileum, memiliki panjang 1 m dengan lumen yang lebih besar dan pelipatan internal yang lebih banyak dibandingkan ileum.
Ileum
Berukuran panjang 2 m, ujung terminal dari ileum mengarah ke bagian medial dari sekum melalui katup ileocecal. Pada ileum juga banyak ditemui Peyer’s patch. Perbedaan lainnya adalah mesenterium dari ileum memiliki vasa arcades yang lebih banyak dibanding jejunum disertai dengan vasa recta yang pendek.

Usus Besar/ Intestinum Crassum

Usus besar berukuran panjang 1,5 m dengan diameter 6,5 cm. Usus besar berawal dari ujung ileum di bagian kanan bawah dari abdomen, memanjang ke superior tepat di bawah liver, kemudian memotong ke kiri, turun menuju pelvis, dan berhenti pada anus. Bagian dari mesenterium, yaitu mesokolon menahan bagian transversum dari usus besar pada dinding abdomen posterior. Usus besar memiliki fungsi pencernaan yang tidak terlalu besar selain menyerap air dan elektrolit dari chyme yang tersisa dan membentuk, menyimpan, serta mengeluarkan feses.
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon, rectum, dan anal canal. Caecum atau sekum merupakan kantong yang berada sedikit di bawah katup ileocecal yang merupakan pelipatan membran mukosa pada persambungan antara usus kecil dan usus besar yang berfungsi untuk mencegah aliran balik dari chyme. Appendiks , suatu struktur yang berupa proyeksi mirip jari menempel pada batas inferior medial dari sekum. Appendiks yang berukuran 8 cm mengandung jaringan limfa yang banyak, yang dapat berfungsi untuk melawan infeksi.
Bagian superior dari dari sekum berlanjut menjadi colon, yang terdiri dari kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens, dan kolon sigmoid. Kolon asendens memanjang ke arah superior dari sekum di sepanjang dinding abdomen kanan menuju permukaan inferior hati. Kolon pada daerah ini membengkok tajam ke arah sinistra membentuk fleksura hepatika/ fleksura colic dekstra dan berlanjut melewati rongga abdomen atas sebagai kolon transversum. Pada bagian kiri rongga abdomen, kolon membengkok kembali, yang disebut fleksura splenic/ fleksura kolik sinistra, yang menandakan perubahan menjadi kolon desendens. Dari fleksura splenik, kolon desendens memanjang menuju inferior sepanjang dinding abdomen kiri ke regio pelvis. Kolon kemudian berbelok ke arah medial dari pinggir pelvis membentuk lekukan berbentuk S, yang disebut kolon sigmoid.
Ujung terminal 20 cm dari saluran GI adalah rektum, dengan 2-3 cm dari rektum merupakan canalis analis. Rectum berada pada anterior dari sacrum, dan terikat kuat dengan peritoneum. Anus merupakan bukaan keluar dari canalis analis. Dua otot sphincter menjaga bukaan anus, yaitu internal anal sphincter yang merupakan otot polos dan external anal sphincter yang merupakan otot rangka. Membran mukosa dari canalis analis tersusun dalam pelipatan longituinal yang memiliki vaskularisasi yang tinggi, yaitu kolum anal.

Rectum


Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis. Fungsi rektum adalah sebagai jalannya feses dari kolon menuju anus.

Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Fungsi anus adalah mengeluarkan feses. Dinding anus di perkuat oleh 3 sfingter antara lain sfingter ani internus, levator ani, dan sfingter ani eksternus.

Dalam membantu terlaksananya pencernaan makanan secara kimiawi dibutuhkan organ-organ aksesoris yang meliputi hati, kantong empedu dan pancreas :

Liver/Hati

Hati merupakan organ dalam terbesar dengan berat 1,3 kg pada orang dewasa. Hati berada tepat di bawah diafragma, di regio epigastrikum dan hipkondriak dekstra. Hati berwarna merah-kecoklatan akibat banyaknya vaskularisasi. Hati memiliki 4 lobus dan dua ligamen penyokong. Di bagian anterior, lobus dekstra dipisahkan dari lobus sinistra oleh ligamentum falciformis yang menyambungkan hati ke dinding anterior abdomen. Di bagian inferior, lobus caudatus terletak di dekat vena kava inferior, sementara lobus quadratus terletak bersebelahan dengan kandung empedu. Ligamentum teres, yang merupakan sisa-sisa dari vena umbilikalis memanjang dari ligamentum falciformis ke umbilikus. Ligamentum triangular dan ligamentum koronaria menempelkan hati ke diafragma, sementara ligamentum hepatogastrikum dan hepatodeodenum masing-masing menempelkan hati ke lambung dan duodenum.

Kandung Empedu/ Vesika Felea

Kandung empedu merupakan organ seperti kantung yang menempel pada permukaan inferior dari hati. Organ ini menyimpan dan mengonsentrasikan empedu. Sebuah katup sphincter pada pangkal leher kandung empedu memungkinkan pemyimpanan empedu sekitar 35-50 ml. Lapisan mukosa bagian dalam kandung empedu memiliki pelipatan yang mirip dengan gastric folds pada lambung. Saat kandung empedu terisi oleh cairan empedu, ukuran den bentuknya mengembang seperti buah pir kecil. Empedu secara kontinu diproduksi oleh hati dan keluar melalui duktus hepatikus ke duktus koledokus menuju duodenum. Saat usus halus kosong, sphincter ampulla menyempit dan empedu akan masuk lewat duktus cystikus ke kandung empedu untuk disimpan. Kandung empedu diperdarahi oleh arteri sistikus yang merupakan cabang arteri hepatika dekstra, dengan sistem drainase lewat vena sistikus yang mengarah ke vena porta hepatika.

Pankreas

Pankreas disebut juga kelenjar campuran/mixed glands karena memiliki baik fungsi eksokrin maupun endokrin. Fungsi endokrin dilakukan oleh sekumpulan sel yang disebut pancratic islets atau pulau Langerhans. Sel-sel ini mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sebagai kelenjar eksokrin, pankreas mensekresikan cairan pankreas lewat duktus pankreatikus ke duodenum. Pankreas merupakan organ retrope
ritoneal.


PART 3 PHOTOGRAPHY - OBJECT : AMPERA, SUNGAI MUSI DAN HUJAN






PART 2 PHOTOGRAPHY - OBJECT : KUPU-KUPU dan CAPUNG

helooooo, foto yang aku share kali ini tentang filum Arthtropoda yaitu jenis hewan yang memiliki kaki dan 
tubuh yang beruas-ruas yaitu capung dan kupu-kupu ^.^


foto ini di ambil ketika dalam bus dan dalam perjalanan pulang keprabu :D


                      foto ini di ambil ketika dalam bus dan dalam perjalanan pulang keprabu :D


                         foto ini diambil di rumahku tapi capungnya dalam keadaan mati :')

PART 1 PHOTOGRAPHY - OBJECT : PEMANDANGAN


helooooo! aku pemula dalam dunia photography ni dan aku sangat menyukai dunia baruku ini yaya untuk saat ini modal potret aku hanya sebuah camera handphone tapi tidak meyurutkan aku mengambil gambar-gambar indah disekelilingku. yuhuuuu ~ ini guys, beberapa hasil potretan langsung momo kesayanganku di beberapa perjalananku :D



ini foto sore hari di samping kostanku :D



                                   ini foto sore hari dan di samping kostanku juga, wih sunset bet :p


                      ini foto jembatan kebanggan provinsi Sumatera Selatan 
                                                          Amperaaaaaaaaaaa! hihi 
                                  aku ngepotret ini waktu mau jalan-jalan ke pulau kemarau :D
                                                            what do you think guys ?




ini dalam perjalanan pulang dari pulau kemarau dan 
di potret dari perahu bukan perahu kertas ya :p


jengjengjeng! ini perahu guys perahu ? titanic ? maunyaa
bukan guys ini perahu mengambang diatas sungai musi
haha i love this shoot, what 'bout you ?

Makalah Parasitologi : Trematoda

TREMATODA MAKALAH 

Tugas pada Mata Kuliah Parasitologi 
Program Studi Ilmu Keperawatan semester 2 kelas A-6




Disusun Oleh : 

 ADE PUSPA PERTIWI NPM 121420135 
ANNELA SEPTIA P. NPM 121420135 
CINDY KRYSTALIA NPM 12142013544
DWI DINANTI NPM 121420135 
KHOIRUNNISA NPM 12142013540 
LISA MAULIYAH D. NPM 121420135 
LUCKY LARAS SANTY NPM 121420135 
PUTRI WULANDARI NPM 121420135 
SEPTA MONICA NPM 121430135 
WIDYA WIJAYA NPM 121420135 


 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK) 
BINA HUSADA PALEMBANG
 2013


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai “TREMATODA.”
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman mengenai klasisfikasi trematoda dengan harapan bahwa mahasiswa bisa lebih memahami dan mengenal materi tersebut. Makalah ini juga dibuat untuk memenuhi tugas penulis dalam Mata Kuliah Parasitologi.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat.

Palembang,   Febuari 2013

   Penulis


DAFTAR ISI

Ø  Kata Pengantar............................................................................ ii
Ø  Daftar Isi..................................................................................... iii

  1. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1  Latar Belakang .................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah ............................................................... 1
1.3  Tujuan Penulisan.................................................................. 1
2.       PEMBAHASAN....................................................................... 2
2.1  Trematoda............................................................................ 2
2.2 Jenis-jenis Trematoda............................................................ 3
  1. PENUTUP.................................................................................. 12
3.1  Kesimpulan........................................................................... 12
3.2  Saran .................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

1.     PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Helmintologi adalah ilmu yang mempelajari parasit yang berupa cacing. berdasarkan taksonomi, helmintologi dibagi menjadi :
1.      NEMATHELMINTHES (Cacing Gilik)
2.      PLATYHELMINTHES (Cacing Pipih)
Cacing dewasa yang termasuk Platyhelminthes mempunyai badan pipih, tidak mempunyai rongga badan dan biasanya bersifat hemafrodit.
Pltyhelminthes dibagi menjadi kelas Trematoda (cacing daun) dan kelas Cestoda (cacing pita). cacing Trematoda berbentuk daun, badannya tidak bersegmen, mempunyai alat pencernaan. cacing cestoda mempunyai badan yang berbentuk pita dan teridiri dari skoleks. leher dan badan (starbila) yang bersegmen (proglotid) ; makanan diserap melalui kulit (kutikulum) badan.
Dalam makalah ini Penulis akan menjelaskan klasifikasi dari Trematoda karena kurangnya pengetahuan mengenai Trematoda baik dikalangan mahasiswa maupun dikalangan masyarakat.
1.2    Rumusan Masalah

2.      Apa itu Trematoda ?
3.      Bagaimana Pembagian jenis Termatoda Berdasarkan Hospesnya ?

1.3    Tujuan Penulisan

2.      Untuk mengetahui apa itu Trematoda
3.      Untuk mengetahui jenis-jenis Trematoda berdasarkan Hospesnya.


2.     PEMBAHASAN

2.1    Trematoda
Trematoda berasal dari bahasa yunani Trematodaes yang berarti punya lobang,  bentuk tubuh pipih dorso ventral sperti daun.Umumnya semua organ tubuh tak punya ronggat tubuh dan mempunyai Sucker atau kait untuk menempel pada parasit ini di luar atau di organ dalam induk semang. Saluran pencernaaan mempunyai mulut, pharink, usus bercabang cabang. tapi tak punya anus.
 Sistem eksretori bercabang- cabang, mempunyai flame cell yaitu kantong eksretori yang punya lubang lubang di posterior. Hermaprodit, kecuali famili Schistosomatidae. Siklis hidup ada secara langsung (Monogenea) dan tak langsung (Digenea).
Trematoda atau cacing daun yang berparasit pada hewan dapat dibagi menjadi tiga sub klas yaitu Monogenea, Aspidogastrea, dan Digenea. Pada hewan jumlah jenis dan macam cacing daun ini jauh lebih besar dari pada yang terdapat pada manusia, karena pada hewan sub-klas ini dapat dijumpai.
Trematoda disebut sebagai cacing isap karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior. Alat hisap (Sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya makanya disebut pula cacing hisap.
Pasa saat menempel cacing ini mengisap makanan berupa jaringan atau
cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka Trematoda merupakan hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme hidup
dan mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya hidup di dalam hati,usus,paru-paru, ginjal, dan pembuluh darah vertebrata, ternak, ikan, manusia Trematoda. Trematoda berlindung di dalam inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya dengan kutikula permukaaan tubuhnya tidak memiliki sila.

2.2    Jenis-jenis Trematoda
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitife cacing Trematoda, antara lain : kucing, anjing, kambing, sapi , babi, tikus, burun, luak, harimau, dan manusia.
Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes , maka Trematoda dapat dibagi dalam :
1.        Trematoda Hati ( Clonorchis sinensis )
platyhelm_trematoda_clonorchis




·         Sejarah
Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Mc Connell tahun 1874 di saluran empedu pada seorang cina di Kalkuta.
·         Hospes dan Nama Penyakit
Manusia, Kucing, Anjing, Beruang Kutub , dan Babi merupakan Hospes parasit Trematoda Hati, penyakit yang disebabkannya disebut Klonorkiasis.
·         Morfologi dan daur hidup
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang disaluran prankeas. ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. telur berukuran kira-kira 30x 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu. telur dikeluarkan dengan tinja. telur menetas bila dimakan keong air ( Bulinus, Semisulcopira) . dalam keong air , mirasidium berkembang menjadi sporakista, redia induk, redia anak, lalu serkaria. serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan (family cyprinidae). setelah menembus masuk tubuh ikan serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista didalam kulit dibawah sisik. kista ini disebut metaserkaria.
Perkembangan larva dalam air yaitu, sebagai berikut :
M              S                      R                     SK
Ket :    M : Mirasidium
            S : Sporakista
            R : Redia (sporakista II)
            SK : Serkaria
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria yang dimasak kurang matang. ekskistasi terjadi di duodenum. kemudian larva masuk di duktus koledokus, lalu menuju ke saluran empedu yang lebih kecil dan menjadi dewasa dalam waktu sebulan. seluruh daur hidup berlangsung selama 3 bulan.
·         Patologi dan Gejala Klinis
sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa. parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. selain itu dapat terjadi perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati. pada keadaaan lebih lanjut dapat timbul sirosis, hati di sertai asites dan edema.
luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.
gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. pada stadium ringan tidak di temukan gejala. stadium progresif di tandai dengan menurunnya nafsu makan, perut rasa penuh, diare, edema, dan pembesaran hati. pada stadium lanjut di dapatkan sindrom hipertensi fortal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus,asites,edema, sirosis hepatis. kadang-kadang dapat menimbulkan keganasan dalam hati.
·         Diagnosis
Diagnosis di tegakkkan dengan menemukan telur yang berbentuk khas dalam tinja atau dalam cairan duodenum.
·         Pengobatan
penyakit ini dapat diobati dengan prazikuantel.
·         Epidemiologi
Kebiasaan makan ikan yang diolah kuarang matang merupakan faktor penting dalam penyebaran penyakit. selain itu, cara pemeliharaan ikan dan cara pembuangan tinja di kolam ikan penting dalam penyebaran penyakit.
kegiatan pemberantasan lebih di tujukan untuk mencegah infeksi pada manusia. misalnya penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan yang sudah di masak dengan baik serta pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai. tetapi hal ini agak lambat diterima oleh masyarakat desa.
2.        Trematoda Paru ( paragonimus westermani )

·         Hospes Dan Nama Penyakit
manusia dan binatang yang memakan ketam atau udang batu, seperti kucing, luak, anjing, harimau, serigala dan lain-lain merupakan hospes cacing ini.
pada manusia parasit ini menyebabkan paragonomiasis.

·         Morfologi Dan Daur Hidup
Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. bentuknya bundar lonjong menyerupai biji kopi, dengan ukuran 8 – 12 x 4 – 6 mm dan berwarna coklat tua. batil isap mulut hampir sama  besar dengan batil isap perut. testis berlobus terletak berdampingan antara batil isap perut dan ekor. ovarium terletak di belakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118 mikron x 40-60 miron dengan operculum agak tertekan ke dalam. waktu keluar bersama tinja atau sputum, telurnya belum berisi mirasidium.
Telur menjadi matangdalam waktu kira-kira16 hari, lalu menetasmirasidiummencari keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan :
M                     S                      R1                   R2                   SK
Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II , yaitu ketam atau udang batu, lalu membentuk metaserkaria didalam tubuhnya.
Infeksi terjadi dengan makan ketam atau udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam Hospes definitif, meta serkaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. cacing dewasa muda berimigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus diafragma dan menuju keparu. jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
·         Patologi dan Gejala Klinis
karena cacing dewasa berada dalam kista di paru, maka gejala dimulai dengan adanya batuk kering yang lama kelamaan menjadi batuk darah. keadaan ini disebut endemic hemoptysis. cacing dewasa dapat pula berimigrasi kealat-alat laindan menimbulkan abses pada alat tersebut ( antara lain hati, limpa, otak, otot, dinding usus ).
·           Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cairan pleura. kadang-kadang  telur juga ditemukan dalam tinja. reaksi serologi sangat mmbantu untuk menegakan diagnosis.
·         Pengobatan
Prazikuantel dan bitionel merupakan obat pilhan.
·         Epidemiologi
Penyakit ini berhubungan erat dengan kebiasaan makan ketam dan pemakain jamban yang tidak mencemari air sungai dan sawah dapat mengurangi transmisi paragonimiasis.

3.        Trematoda Usus
Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi sporokista, berlanjut menjadi redia dan serkaria. serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan berenang bebas dalam air. tujuan akhir serkaria tersebut adalah hospes perantara II, yang dapat berupa keong jenis ikan air tawar, atau tumbuh-tumbuhan air.
manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospesperantara II yang tidak dimasak sampai matang.
Keluarga Echinostomatidae
·         Sejarah
Cacing genus Echinostoma yang ditemukan pada manusia kira-kira 11 spesies atau lebih.
Garisson (1907) adalah sarjana yang pertama kali menemukan telur Echinostoma ilocanum pada narapidana pribumi di Filipina. tubangui (1931). menemukan bahwa Ratus rattus norvegicus. merupakan hospes resevoar cacing tersebut. Chen (1934) melaporkan bahwa anjing-anjing setempat di canton RRC, dihinggapi cacing tersebut . Brug dan tesch (1973) . melaporkan spesies Echinostoma lindoense pada manusia di palu, Sulawesi tengah. Bonne Bras dan lie kian joe (1948)  menemukan Echinodestomata ilocanum pada penderita sakit jiwa di jawa.
Berbagai Sarjana telah melaporkan bahwa di Indonesia ditemukan 5 spesies cacing Echinostoma, yaitu : Echinodestomata ilocanum, Echinodestomata malayanum, Echinostoma lindoense, Echinostoma recurvatum dan Echinostoma revolatum.
·         Hospes dan Nama Penyakit
Hospes cacing keluarga Echinostomatidae sangat beraneka ragam. yaitu manusia, tikus, anjing, burung, ikan dan lain-lain (poliksen). Nama penyakitnya disebut ekinostomiasis.
·         Distribusi geografik
Cacing tersebut kecuali ditemukan di Filipina, Cina dan Indonesia juga dilaporkan dari India.
·         Morfologi dan Daur Hidup
Cacing trematoda dari keluarga Echinostomatidae, dapat dibedakan dari cacing trematoda lain, dengan adanya cirri-ciri khas berupa duri-duri leher dengan jumlah antara 37 buah sampai kira-kira 51 buah, letaknya dalam dua baris berupa tapal kuda, melingkari bagian belakang serta samping batil isap kepala. cacing tersebut berbentuk lonjong, berukuran panjang dari 2,5 mm hingga 13-15 mm dan lebar 0,4 – 0,7 mm hingga 2,5 – 3,5 mm.
Testis berbentuk agak bulat, berlekuk-lekuk, letaknya bersusun tandem pada bagian posterior cacing. Vitelaria letaknya sebelah lateral, meliputi 2/3 badan cacing dan melanjut hingga bagian posterior. cacing dewasa hidup diusus halus, mempunyai warna agak merah ke abu-abuan. telur mempunyai operculum, besarnya berkisar antara 103-137 x 59 – 75 mikron. telur setelah 3 minggu dalam air, berisi tempayak yang disebut mirasidium. bila telur menetas, mirasidium keluar dan berenang bebas untuk hinggap pada hospes perantara I yang berupa keong jenis kecil seperti genus anisus, gyraulus, lymnae, dan sebagainya.
Dalam hospes perantara I, mirasidium tumbuh menjadi sporokista, kemudian melanjut menjadi redia induk, redia anak yang kemudian membentuk serkaria yang pada suatu saat berjumlah banyak. dilepaskan kedalam air oleh redia yang berada dalam keong . serkaria ini kemudian hinggap pada hospes perantara II untuk menjadi metaserkaria yang efektif . hospes perantara II adalah jenis keong yang besar, seperti genus vivivar/bellamya, pila atau corbicula.
Ukuran Besar cacing , jumlah duri-duri sirkumoral, bentuk testis, ukuran telur, dan jenis hospes perantara, digunakan untuk mengidentifikasi spesies cacing.
·         Patologi dan Gejala Klinis
Biasanya cacing Echinostema menyebabkan kerusakan ringan pada mukosa usus dan tidak menimbulakan timbulnya radang kataral pada dinding usus, atau ulserari. pada anak dapat menimbulkan gejala diare , sakit perut, anemia, dan sembab (edema).
·         Diagnosis
Diagnosis ditegakkandengan menemukan telur dalam tinja.
·         Pengobatan
Tetraklorotilenn adalah obat yang dianjurkan akan tetapi penggunaan obat-obat baru yang lebih aman, seperti prazikuantel dapat dipertimbangkan.
·         Prognosis
Penderita biasanya tidak menunjukkan gejala yang berat, dapat sembuh setelah pengobatan.

·         Epidemiologi
Keong sawah yang digunakan untuk konsumsi sebaiknya dimasaki sampai matang, sebab bila tidak, meta serkaria dapat hidup dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
4.       
http://www.e-dukasi.net/mol/datafitur/modul_online/MO_81/images/gbr20ok.jpg

Trematoda Darah ( Schistosoma japonicum)

cacing yang berbentuk pipih dan tinggal di berbagai aliran darah. Biasanya cacing ini masuk ke tubuh manusia melalui makanan atau minuman yang mengandung parasite cacing ini dan mandi pada air yag kotor.
·         Hospes dan Nama Penyakit
Hospes definitive adalah manusia. berbagai macam binatang dapat berperan sebagai hospes reservoar.
Pada manusia, cacing ini menyebabkan penyakit skistomiasis atau bilharziasis.
·         Morfologi dan Daur Hidup
Cacing darah ini parasit pada manusia, babi, biri-biri, kucing dan binatang pengerat lainnya.
Cacing dewasa dapat hidup dalam pembuluh balik (vena) perut.
Tubuh cacing jantan lebih lebar dan dapat menggulung sehingga menutupi tubuh betina yang lebih ramping, Cacing jantan panjangnya 9 – 22 mm, sedangkan panjang cacing betina adalah 14 – 26 cm.
Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju keporos usus (rectum) dan kantong air seni (vesica urinaria), lalu telur keluar bersama tinja dan urine.
Telur akan berkembang menjadi mirasidium dan masuk kedaalam tubuh siput. kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menjadi serkaria yang berekor bercabang. serkaria dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit schistomiasis ( banyak terdapat di afrika dan Asia). penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung limpa , kantong urine dan ginjal.
·         Gejala Klinis
Terasa gatal-gatal yang nyata, terjadi pembengkakan, serangan ashma dan hati terasa sakit bila disentuh (bila terjadi peradangan), demam berkeringat dan disentry, dan berat badan bekurang dan hilang nafsu makan.
·         Diagnosis
Minum air yang sudah terdapat parasit cacing, mandi atau berenang pada air yang kotor.
·         Epidemiologi
Penampungan tinja jangan sembarangan tempat dan sediakanlah tempat tertentu yang sesuai dengan kesehatan.






3.     PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota Trematoda adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini hidup di hati ternak kambing, biri-biri, sapi, dan kerbau.




DAFTAR PUSTAKA